Jakarta, Metapos.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan turut mewaspadai terhadap efek rambatan dari konflik geopolitik antara Israel dan Iran, yang berpotensi memberikan dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia.
Dia menjelaskan, pada hari ketiga sejak konflik di Timur Tengah meletus, harga minyak dunia mengalami lonjakan hampir 9 persen, dari sekitar 70 dolar AS per barel ke kisaran 78 dolar AS per barel, meskipun saat ini telah mulai mengalami koreksi ke level 75 dolar AS per barel.
“Ini adalah sesuatu yang memunculkan selalu adanya suatu event atau kejadian yang bisa langsung memengaruhi secara sangat signifikan terhadap kondisi perekonomian baik melalui harga komoditas maupun dari sisi nilai tukar, suku bunga, dan capital flow. Inilah yang sedang akan terus kita hadapi menghadapi geopolitik yang makin meruncing,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa, 17 Juni.
Sri Mulyani menambahkan, ketidakpastian global juga diperburuk oleh kondisi fiskal Amerika Serikat, di mana di tengah ketegangan geopolitik dan perdagangan internasional, AS tengah mengajukan kebijakan fiskal untuk memperbesar defisit anggaran AS secara signifikan.
Menurutnya, hal tersebut berakibat, sentimen pasar terhadap kebijakan fiskal negara-negara maju menjadi negatif dan turut meningkatkan risiko fiskal serta imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (US Treasury/UST).
Dia menilai, ketidakpastian perdagangan global dan konflik bersenjata yang tengah berlangsung berpotensi memicu lonjakan harga komoditas serta gangguan rantai pasok.
Menurut Sri Mulyani, kondisi ini menimbulkan berbagai risiko, antara lain penurunan kinerja ekspor, kenaikan harga komoditas, volatilitas nilai tukar, dan peningkatan risiko suku bunga surat utang, semuanya terjadi di tengah melemahnya perekonomian global.
“Itu kombinasi yang harus kita waspadai karena tidak baik pelemahan ekonomi membuat dampak yang buruk, kenaikan inflasi dan kemudian menimbulkan kenaikan yield. Apakah karena adanya geopolitik atau karena adanya fiscal policy, kedua hal ini menyebabkan dampak kepada seluruh dunia termasuk Indonesia, ini akan juga menggerakkan nilai tukar dan juga suku bunga global” tegasnya.
Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian dan moderasi harga komoditas, Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan fiskal Indonesia akan tetap bersifat ekspansif dan pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah, seperti pemberian restitusi untuk menjaga likuiditas dunia usaha, serta paket stimulus bagi UMKM, sektor padat karya, perumahan, dan otomotif.