JAKARTA, Metapos.id – PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), bersama perusahaan induk Philip Morris International (PMI), menggelontorkan investasi sebesar 330 juta dolar AS atau sekitar Rp5,35 triliun (kurs Rp16.233) untuk membangun fasilitas produksi produk tembakau bebas asap di Karawang, Jawa Barat.Direktur Utama HM Sampoerna Ivan Cahyadi, menjelaskan bahwa fasilitas tersebut dilengkapi dengan laboratorium pengujian dan analisis berstandar global, dan menjadi pilar utama dalam strategi pengembangan teknologi bebas asap di Indonesia serta menjadi pabrik produk tembakau bebas asap pertama di Asia Tenggara.
“Kita sudah menginvestasikan di Indonesia, di Sampoerna, lebih dari 330 juta dolar AS untuk pengembangan produk teknologi bebas asap di Indonesia. Salah satu pilar utamanya adalah fasilitas produksi di Karawang, Jawa Barat,” kata Ivan dalam acara Technovation di Park Hyatt Hotel, Rabu, 2 Juli.
Ia menyampaikan bahwa fasilitas ini menjadi pabrik produk tembakau bebas asap pertama milik PMI di Asia Tenggara dan yang ketujuh di dunia.Ivan mengatakan, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar penting, tetapi juga pusat keunggulan global dalam riset dan pengembangan produk tembakau bebas asap.Ivan menambahkan bahwa Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang meluncurkan berbagai produk bebas asap IQOS, seperti VEEV, ZYN, dan BOUNDS.
Ia menambahkan bahwa produk-produk ini tidak hanya dijual di pasar domestik, tetapi juga telah diekspor ke 15 negara di kawasan Asia Pasifik.”Kita menjadi hub. Nah itulah yang selalu kita cita-citakan, bahwa semua yang ada di Sampoerna ekosistemnya, mulai dari talent, produk, itu tidak hanya bisa bermanfaat untuk bahasa Indonesia tapi juga bisa berkontribusi secara global,” jelasnya.
Ivan mengatakan bahwa Sampoerna berkomitmen untuk terus melakukan inovasi yang berlandaskan pada penelitan ilmiah pada produk tembakau bebas asap yang akan dipasarkan.Menurutnya, hal ini bertujuan untuk memberikan pilihan yang lebih baik bagi perokok dewasa yang memutuskan untuk terus menggunakan produk tembakau/nikotin lainnya.Selain itu, ia menyampaikan Sampoerna juga memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, dimana perusahaan menyerap hasil panen tembakau dari 19.000 petani, melibatkan 1.700 pemasok lokal, serta menjalin kemitraan dengan 1,5 juta mitra ritel di seluruh Indonesia.
Menurutnya melalui program Sampoerna Retail Community (SRC), perseroan telah membina 250.000 toko dan menciptakan 1.300 lapangan kerja.Ivan menyebut dampak ekonomi dari inisiatif ini mencapai Rp236 triliun, atau setara dengan 11,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ritel nasional.”Dampak ekonominya tercatat mencapai Rp236 triliun atau setara dengan 11,4 persen dari PDP Retail Nasional,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Head of Quality Sampoerna Nikolas Widhi Ananggadipa menjelaskan bahwa Indonesia dipilih sebagai lokasi pengembangan produk tembakau bebas asap karena memiliki kualitas tembakau yang unggul serta sumber daya manusia yang kompeten.Ia menambahkan hingga saat ini, pabrik Sampoerna di Karawang melibatkan sekitar 200 tenaga ahli asal Indonesia yang berperan dalam pengembangan produk bebas asap melalui fasilitas Advance Lab di dalam pabrik tersebut.
“Keberadaan (pabrik produk bebas asap) di Indonesia, menunjukkan bahwa pengakuan dari PMI terhadap kualitas dan sumber daya manusia yang ada di Indonesia,” ucapnya.Ia menegaskan bahwa seluruh produk bebas asap yang dikembangkan telah memenuhi standar kualitas global dengan ribuan analisis dan pengujian dilakukan setiap tahun, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor ke lebih dari 15 negara.
Lebih lanjut, Nikolas mengungkapkan bahwa Sampoerna juga menjalankan program pertukaran tenaga ahli dengan PMI dimana melalui program ini, para ilmuwan terbaik dari Indonesia dikirim ke luar negeri untuk berkolaborasi dengan afiliasi PMI lainnya dalam berbagai proyek penelitian dan pengembangan.”Inisiatif ini menegaskan bahwa talenta-talenta Indonesia dalam memajukan inovasi ilmiah di skala internasional bukan hanya kata-kata belaka,” pungkasnya.
Semantara itu, Senior Vice President External Affairs PMI Christos Harpantidis mengatakan bahwa inovasi bukan semata-mata tentang menciptakan teknologi baru, melainkan sebuah panggilan untuk menjawab tantangan global melalui pendekatan yang bertanggung jawab dan kontekstual.Ia menekankan bahwa inovasi yang mampu menciptakan perubahan nyata hanya dapat terjadi ketika disinergikan dengan karakter unik dan kebutuhan pasar lokal, serta didukung oleh kolaborasi lintas sektor.
“Itulah mengapa kami berinvestasi di Indonesia bukan hanya karena skalanya yang strategis, tetapi karena kami melihat potensi kolaborasi yang kuat bersama para pemangku kepentingan dalam mewujudkan perubahan yang lebih baik. Kami percaya, inovasi yang bermakna lahir dari kerja sama, bukan berjalan sendiri,” ujarnya.