Metapos.id, Jakarta — TNI telah mempersiapkan personel gabungan dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU) untuk bergabung dalam brigade komposit yang direncanakan dikirim ke Gaza, Palestina. Informasi ini disampaikan oleh Kapuspen TNI Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah, Selasa (25/11/2025).
Freddy menjelaskan bahwa TNI telah melakukan penyiapan personel, satuan, serta inventarisasi alutsista, logistik, dan fasilitas pendukung. Alutsista yang disiapkan termasuk pesawat angkut, kapal perang Republik Indonesia (KRI), serta berbagai perlengkapan penunjang lainnya. Ia menegaskan tingkat kesiapan sudah berada pada tahap sangat baik, namun pelaksanaannya masih menunggu mandat resmi dari PBB.
Tiga Brigade Komposit Disiapkan
Freddy menyebutkan bahwa pasukan perdamaian nanti akan diperkuat tiga brigade komposit:
Batalyon Kesehatan (Yonkes)
Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur)
Batalyon Bantuan
TNI juga tengah menggelar latihan terpadu mencakup aspek kesehatan, rekonstruksi, evakuasi, perlindungan sipil, serta bantuan kemanusiaan. Batalyon Bantuan akan bertugas mengelola logistik, distribusi bantuan, mobilisasi transportasi darat–laut–udara, hingga sistem komunikasi dan pengamanan fasilitas vital.
TNI AL Siapkan 5.000 Prajurit dan Tiga KRI RS
TNI AL menyiapkan sekitar 5.000 personel untuk memperkuat pasukan perdamaian. Prioritas diberikan kepada prajurit dengan kualifikasi kesehatan dan konstruksi. Selain itu, tiga KRI jenis Bantu Rumah Sakit juga disiapkan:
KRI dr. Soeharso-990
KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991
KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992
Seleksi Ketat di TNI AD
TNI AD memastikan setiap prajurit yang dikirim ke Gaza adalah personel terbaik, dengan kondisi kesehatan dan psikologi yang prima. Seleksi dilakukan ketat karena misi perdamaian menuntut ketahanan fisik, mental, serta pemahaman mendalam terkait mandat misi, resolusi PBB, dan aturan pelibatan (rules of engagement).
Menunggu Arahan Presiden
Menurut Kepala Biro Informasi Pertahanan Kemhan, Kolonel TNI Arm Rico Ricardo Sirait, pengiriman pasukan masih menunggu instruksi langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah kini fokus pada persiapan internal, mulai dari skema kontribusi Indonesia hingga pemetaan kebutuhan logistik dan kemampuan operasi.
Indonesia baru dapat terlibat jika ada mandat PBB atau persetujuan Amerika Serikat, yang menggagas pembentukan pasukan stabilisasi internasional untuk Gaza. DK PBB sebelumnya telah menyetujui rancangan pemerintahan AS terkait mekanisme keamanan dan pemerintahan di wilayah tersebut.













