Metapos.id, Jakarta – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa pemerintah Israel telah memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama ekspor gas alam dengan Mesir yang nilainya diperkirakan mencapai USD35 miliar atau sekitar Rp585 triliun. Menurut Netanyahu, perjanjian ini menjadi yang terbesar yang pernah dicapai Israel dari sisi nilai kontrak maupun volume ekspor energi.
Pernyataan tersebut disampaikan Netanyahu dan dikutip oleh media Israel, Channel 14. Ia menilai kesepakatan ekspor gas tersebut sebagai langkah strategis yang memperkuat posisi ekonomi dan geopolitik Israel di kawasan. Gas alam yang akan dipasok ke Mesir sebagian besar berasal dari ladang gas Leviathan, salah satu aset energi utama Israel di Laut Mediterania.
Rencana ekspor ini menunjukkan perubahan dinamika energi regional. Dalam beberapa tahun terakhir, Mesir sempat berada dalam posisi relatif mandiri dalam pasokan gas alam dan bahkan melakukan ekspor ke luar negeri. Namun melalui kesepakatan ini, Mesir kembali menjadi tujuan utama ekspor gas dari Israel untuk jangka panjang.
Meski pengumuman telah disampaikan oleh pihak Israel, otoritas Mesir hingga kini belum memberikan konfirmasi resmi terkait kesepakatan tersebut. Rincian penting seperti harga gas, volume pasokan, masa berlaku kontrak, serta mekanisme distribusi belum dipublikasikan kepada publik.
Belum adanya pernyataan resmi dari pemerintah Mesir memunculkan berbagai analisis di kalangan pengamat ekonomi dan media kawasan. Sejumlah analis menilai kehati-hatian Kairo tidak terlepas dari sensitivitas isu impor gas dari Israel di dalam negeri, yang kerap dikaitkan dengan perdebatan mengenai keamanan energi dan kepentingan ekonomi nasional.













