Metapos.id, Jakarta – Hamas menyatakan kesiapan para pejuangnya untuk meletakkan senjata dan menyerahkannya kepada otoritas Palestina yang baru di Gaza setelah perang berakhir, asalkan pendudukan Israel benar-benar dihentikan.
Khalil al-Hayya, kepala negosiator sekaligus pemimpin Hamas di Gaza, menegaskan bahwa persenjataan kelompok tersebut hanya akan dilepaskan dalam kondisi negara Palestina merdeka terwujud.
Selama pendudukan dan agresi masih ada, senjata kami tetap dibutuhkan. Jika pendudukan berakhir, persenjataan ini akan berada di bawah otoritas negara Palestina,” ujarnya, seperti dikutip AFP dan Al Arabiya, Senin (8/12/2025).
Al-haram juga menolak gagasan pengerahan pasukan internasional untuk melucuti Hamas. Namun, ia menyetujui kehadiran pasukan PBB untuk berperan sebagai pemisah pihak bertikai serta memantau kepatuhan terhadap gencatan senjata di Gaza.
Pernyataan ini muncul setelah seorang pejabat senior Hamas sebelumnya menyebut bahwa Hamas tidak lagi ingin memerintah Jalur Gaza setelah perang, dan bersedia membentuk pemerintahan teknokratis untuk mengelola wilayah tersebut.
Hamas menekankan bahwa kehadiran pasukan internasional hanya diperbolehkan untuk mengawasi keamanan, bukan mengendalikan pemerintahan Gaza.
Kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober lalu, berdasarkan rencana perdamaian yang diusulkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, telah menghentikan konflik dua tahun terakhir. Meski begitu, kedua belah pihak masih saling menuduh melakukan pelanggaran.
Beberapa hari setelah gencatan senjata dimulai, Hamas juga menegaskan bahwa mereka akan melepas kendali administratif atas Gaza, tetapi tetap menjadi bagian penting dalam struktur politik Palestina.














