Metapos.id, Jakarta – Pengelolaan diabetes membutuhkan strategi yang menyeluruh, mulai dari menjaga pola makan, berolahraga secara rutin, hingga mengonsumsi obat yang diresepkan dokter.
Selain terapi medis, sejumlah tanaman herbal kini mulai banyak diteliti sebagai pendukung dalam menjaga kestabilan kadar gula darah. Dua di antaranya yang cukup populer dalam pengobatan tradisional adalah daun sirsak dan pare.
Daun Sirsak (Annona muricata)
Mengutip Healthline, beberapa riset menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak berpotensi memberikan efek antidiabetes dan membantu menurunkan kadar gula darah.
Ekstrak dari daun, buah, dan kulit sirsak diketahui mampu menghambat kerja enzim amylase dan glucosidase—enzim yang berfungsi memecah karbohidrat menjadi glukosa. Proses penghambatan ini dapat memperlambat lonjakan gula darah setelah makan.
Penelitian pada hewan juga menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak dapat menurunkan kadar gula pada tikus dengan diabetes serta meningkatkan aktivitas antioksidan yang berperan melindungi pankreas dan organ vital lainnya. Kandungan aktif seperti flavonoid, tannin, alkaloid, dan saponin diduga berkontribusi dalam meningkatkan toleransi glukosa dan merangsang pelepasan insulin.
Pare (Momordica charantia)
Pare telah lama digunakan sebagai herbal penurun gula darah, baik dikonsumsi langsung maupun dalam bentuk ekstrak.
Dalam sebuah uji klinis selama 12 minggu pada individu pradiabetes, ekstrak pare terbukti mampu menurunkan kadar gula setelah menjalani tes toleransi glukosa (OGTT). Studi lainnya mengindikasikan bahwa pare dapat meningkatkan sensitivitas insulin serta membantu regenerasi sel-sel pankreas sehingga produksi insulin dapat berjalan lebih baik.
Senyawa aktif bernama charantin diyakini menjadi komponen utama yang memberi efek antidiabetes pada pare.
Penggunaan Tetap Perlu Kehati-hatian
Meski sejumlah penelitian laboratorium, studi hewan, dan beberapa uji klinis menunjukkan potensi manfaatnya, penggunaan kedua tanaman herbal ini tetap harus dilakukan secara bijak.
Bukti klinis pada manusia, khususnya terkait daun sirsak, masih sangat terbatas.
Konsumsi pare dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
Beberapa herbal dapat berinteraksi dengan obat antidiabetes sehingga meningkatkan risiko hipoglikemia.
Kualitas dan standar produk herbal tidak selalu konsisten, membuat dosis yang aman sulit dipastikan.
Karena itu, daun sirsak dan pare hanya dianjurkan sebagai pelengkap gaya hidup sehat, bukan sebagai pengganti obat utama diabetes. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi tetap diperlukan sebelum menggunakannya secara rutin.
Kesimpulan
Daun sirsak dan pare menunjukkan potensi dalam membantu mengontrol kadar gula darah melalui mekanisme seperti penghambatan pemecahan karbohidrat, peningkatan sensitivitas insulin, serta aktivitas antioksidan. Namun, keduanya belum dapat dijadikan terapi utama dan sebaiknya digunakan di bawah pengawasan tenaga kesehatan.













