Jakarta,Metapos.id – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2026 mencapai 5,4 persen, dengan konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor utama yang diperkirakan tumbuh 5,2 persen.
“Pada tahun 2026, pertumbuhan ekonomi ditargetkan dapat mencapai 5,4 persen dengan konsumsi rumah tangga yang masih menjadi kontributor utama diperkirakan tumbuh 5,2 persen,” ucapnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu, 10 September.
Dia menambahkan, investasi juga ditargetkan tumbuh 5,2 persen, dengan fokus pada percepatan investasi produktif di sektor bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor.
Sejalan dengan itu, Purbaya menyampaikan ekspor juga ditargetkan tumbuh 6,7 persen, seiring peningkatan nilai tambah dari hasil hilirisasi dan efisiensi perdagangan.
Dari sisi stabilitas harga, ia menyampaikan bahwa inflasi tahun depan diharapkan tetap terkendali dalam rentang 1,5 persen hingga 3,5 persen, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga sekaligus memberikan margin keuntungan yang wajar bagi produsen.
Purbaya menyampaikan bahwa pemerintah juga menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas harga pangan melalui berbagai kebijakan, seperti program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), penyaluran bantuan pangan, serta penguatan peran Bulog.
“Bulog didorong berperan menjaga stok pangan yang handal sehingga efektif untuk menstabilisasi harga sekaligus mampu melindungi petani di harga yang wajar sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat,” jelas Purbaya.
Dia menambahkan, Indonesia termasuk negara dengan tingkat inflasi yang lebih terkendali dibandingkan banyak negara lain, berkat koordinasi kebijakan yang erat antara pemerintah pusat, Bank Indonesia, kementerian/lembaga terkait, serta pemerintah daerah.
Purbaya juga menyampaikan bahwa Indonesia termasuk dalam kelompok negara yang menunjukkan resiliensi ekonomi terhadap tekanan global.
“Indonesia dari sisi perekonomian domestik juga menunjukkan adanya resiliensi terhadap tekanan ketidakpastian global berada di kelompok negara-negara yang resilien,” ujarnya.
Namun, ia menegaskan pentingnya kewaspadaan agar dampak lanjutan dari dinamika eksternal tidak menimbulkan tekanan yang lebih besar ke depan.
“Resiliensi ekonomi hingga triwulan ke-2 tahun ini diperkirakan berlanjut dengan pertumbuhan lebih tinggi tahun depan,” katanya.