Jakarta, Metapos.id – Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, tarif resiprokal yang dikenakan Amerika Serikat tidak berpengaruh besar ke industri pertambangan mineral Indonesia.
Apalagi, kata dia, hampir tidak ada ekspor mineral yang dilakukan Indonesia ke Amerika Serikat.
Berdasarkan catatannya, RI hanya mengekspor minerba senilai 10 juta dolar AS dan masih relatif kecil.
“Ada, tapi datanya kalau tidak salah hanya 10 juta dolar AS atau berapa lah ya, jadi bisa dikatakan tidak ada dampak langsung karena tidak ada ekspor ke sana, termasuk nikel. Kenapa tidak ada? Karena kan jauh ya, mending kita ekspornya ke ASEAN atau ke China,” ujar Hendra, Rabu, 23 Juli.
Adapun dampak yang akan dirasakan Indonesia justru datang ari Asia saat industri di Asia Timur seperti Jepang, Korea, maupun Tiongkok sedang melambat akibat adanya tarif resiprokal ke Amerika Serikat.
Efek tersebut, Hendra menyebut industri negara Asia Timur yang tidak bisa menyerap mineral dan batu bara dari Indonesi mengakibatkan permintaan ke Indonesia akan melambat.
“Nah kalau industrinya di negara-negara tadi (Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok) terpengaruh, permintaannya terhadap komoditas unggulan kita akhirnya juga bisa terpengaruh secara tidak langsung,” terang Hendra.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan dokumen yang menyebut Indonesia akan menghapus sejumlah pembatasan ekspor termasuk mineral kritis.
Hal ini merupakan salah satu kesepakatan agar pemerintah AS menurunkan tarif resiprokal sebesar 32 persen menjadi 19 persen.