Metapos.id, Jakarta – Jakarta selama ini kerap dianggap relatif aman dari ancaman gempa bumi. Namun, hasil riset terbaru menunjukkan bahwa ibu kota tetap memiliki potensi bahaya gempa akibat keberadaan sesar aktif di wilayah sekitarnya.
Associate Professor Global Geophysics RG Institut Teknologi Bandung (ITB), Endra Gunawan, memaparkan hasil penelitian mengenai potensi seismogenik Sesar Jakarta. Menggunakan metode analisis laju pergeseran berbasis GNSS (Global Navigation Satellite System), penelitian tersebut mengungkap adanya deformasi kerak bumi yang terukur secara periodik di wilayah selatan Jakarta.
Endra menjelaskan, patahan di bagian selatan Jakarta memiliki laju pergeseran sekitar tiga milimeter per tahun, dengan kedalaman penguncian sekitar tujuh kilometer dan sudut kemiringan 63 derajat ke arah selatan. Temuan ini membuka peluang pemodelan bahaya gempa yang lebih akurat, terutama untuk wilayah perkotaan padat penduduk seperti Jakarta.
Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga melakukan penelitian terhadap sistem sesar aktif utama di Pulau Jawa, yakni Sesar Baribis Kendeng atau Java Back-arc Thrust. Peneliti BRIN, Sonny Aribowo, menyebut sistem sesar tersebut sebagai struktur geologi besar dan kompleks yang memanjang dari Jawa Barat hingga Jawa Timur, berada di bagian belakang busur vulkanik Jawa.
Di wilayah Jawa Barat, jalur sesar ini teridentifikasi melintasi Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, Purwakarta, Karawang, hingga Bekasi. Bahkan, terdapat indikasi jalur sesar tersebut melewati wilayah selatan Jakarta yang berbatasan dengan Depok serta Bogor. Berdasarkan kajian geologi dan geodesi, aktivitas sesar ini telah berlangsung sejak puluhan ribu tahun lalu dan masih aktif hingga saat ini.
Meski demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai Jakarta sebagai wilayah dengan tingkat kegempaan relatif rendah. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Jakarta pernah mengalami kerusakan akibat gempa besar pada tahun 1699, 1780, 1834, dan 1903. Gempa-gempa tersebut diduga kuat berkaitan dengan aktivitas subduksi lempeng tektonik di sekitar Pulau Jawa.
Dengan posisi Indonesia yang berada di pertemuan empat lempeng tektonik dunia serta memiliki ratusan sesar aktif, para peneliti menekankan pentingnya peningkatan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Pemantauan deformasi kerak bumi dinilai menjadi salah satu fondasi utama dalam mitigasi gempa modern, khususnya bagi kota-kota besar seperti Jakarta.














