Jakarta, Metapos.id – Masyarakat Kamojang, yang selama ini mengandalkan kopi sebagai mata pencaharian utama, kini merasakan angin segar berkat inovasi berkelanjutan dari PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Dengan memanfaatkan kekayaan energi panas bumi yang melimpah, PGE sukses menerapkan pendekatan ekonomi sirkular yang tidak hanya meningkatkan produktivitas petani, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.
Selama bertahun-tahun, petani kopi Kamojang menghadapi tantangan berat, terutama dalam proses pengeringan yang memakan waktu lama dan rentan terhadap cuaca, serta tingginya biaya pupuk kimia. Namun, kendala ini kini teratasi dengan hadirnya dua inovasi berbasis panas bumi:Geothermal Coffee Process (GCP): Teknologi ini menggunakan uap panas bumi untuk mempercepat proses pengeringan biji kopi.
Jika sebelumnya pengeringan bisa memakan waktu hingga 45 hari, kini hanya butuh 3 hingga 10 hari. Hasilnya, kopi Kamojang memiliki kualitas yang lebih konsisten dan cita rasa yang unik, bahkan berhasil menembus pasar internasional seperti Jepang dan Jerman. Inovasi ini diakui sebagai yang pertama di dunia.Geothermal Organic Fertilizer (GeO-Fert): Inovasi ini mengubah limbah pertanian dan rumah tangga menjadi pupuk organik berkualitas tinggi.
Dengan memanfaatkan uap panas bumi bersuhu 60–70 derajat Celsius, proses fermentasi yang biasanya lama kini dapat diselesaikan dalam 12 jam. Program ini telah menghasilkan 28,8 ton pupuk kering per tahun yang dimanfaatkan oleh lebih dari 160 petani lokal, mengurangi biaya produksi secara signifikan.Dampak Positif yang Terukur dan Berkelanjutan Inisiatif ini telah membawa perubahan nyata bagi masyarakat Kamojang. Produksi kopi melonjak dari 5 kuintal pada tahun 2018 menjadi 30 ton pada tahun 2024.
Pendapatan petani pun meningkat drastis, dengan penjualan green bean naik dari Rp250 juta menjadi Rp560 juta per tahun.Keberhasilan program ini juga tercermin dari analisis Social Return on Investment (SROI) yang diverifikasi oleh UGM, yang menunjukkan bahwa setiap Rp1 yang diinvestasikan menghasilkan dampak sosial dan ekonomi sebesar Rp3,13.
Ini membuktikan program tersebut bukan hanya efisien, tetapi juga sangat bermanfaat bagi masyarakat, dengan potensi manfaat ekonomi mencapai Rp6,3 miliar di masa depan.Selain keuntungan ekonomi, program ini juga berkontribusi besar terhadap lingkungan dengan mengurangi emisi karbon hingga 20.000 ton CO₂ per tahun dan mendaur ulang lebih dari 1,2 ton sampah organik. Inovasi ini menjadi model nyata dari praktik ekonomi sirkular yang berhasil, dan telah mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi.
Keberhasilan di Kamojang menunjukkan bahwa energi panas bumi dapat dimanfaatkan lebih dari sekadar listrik. Seperti diungkapkan Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, pemanfaatan energi bersih dapat secara langsung menyentuh dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperkuat ketahanan pangan, dan membuka peluang usaha baru sambil menjaga lingkungan. PGE berencana untuk mereplikasi keberhasilan ini di wilayah kerja lainnya, sebagai komitmen perusahaan dalam mendukung transisi energi yang adil dan inklusif.