Jakarta, Metapos.id – Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan terdapat ratusan item yang terbagi dalam beberapa kelompok besar seperti agro, hortikultura, mineral kritis, dan produk industri padat karya yang diusulkan untuk memperoleh exemption atau pengecualian dari tarif resiprokal atas produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS).
“Semua yang di-list surat itu, kita akan kejar ke 0 persen. Optimal ya. Karena kalau itu bisa kita perjuangkan, itu konkret ekspornya akan ada. Kalau yang rundingan umum kan hanya menetapkan rate-nya. 11 ribu kode HS belum tentu ada semua ekspornya kesana kan. Kalau yang kita perjuangkan, exemption ini tuh yang real memang potensi ekspornya ada,” imbuhnya kepada awak media, Kamis, 28 Agustus.
“Cuman kalau kelompok-kelompoknya ya itu-itu aja. Cuman banyak, ratusan lah kayaknya,” tambahnya.
Susiwijono menyampaikan bahwa Pemerintah fokus pada produk unggulan yang secara kompetitif hanya dimiliki atau dikuasai Indonesia. Misalnya, karet yang hanya diproduksi oleh sedikit negara sehingga, posisi tawar akan lebih kuat.
Ia menambahkan produk yang diusulkan untuk mendapatkan pengecualian dari tarif 19 persen mencakup komoditas unggulan seperti kopi, kakao, karet, sawit, produk hortikultura, agro lainnya, serta nanas kaleng dan kayu meranti.
Susiwijono menyampaikan Pemerintah juga mendorong nanas kaleng dari Lampung yang menjadi salah satu ekspor terbesar ke AS yang nilai ekspornya bahkan mencapai 100 juta dolar AS.
“Jadi memang produk yang hanya ada di kita, dibutuhkan rakyat Amerika, yang gitu-gitu kita dorong, ke nol semua. (nanas yang raw materialnya?) Enggak, yang kaleng-kaleng. Itu kan ekspor terbesar di dunia itu. (PT Great Giant Pineapple) GGPC yang di lampung,” tuturnya.
Ia menambahkan contoh lain adalah kayu meranti yang secara spesifik diminta oleh pihak AS karena dibutuhkan untuk industri mereka.
“Kebutuhannya tinggi. Jadi dia spesifik minta kayu meranti. Kalau itu yang kita minta harus 0 persen,” tegasnya.
Susiwijono menyampaikan bahwa target Indonesia adalah untuk memperjuangkan tarif 0 persen bagi semua komoditas yang tercantum dalam surat usulan yang telah dikirimkan.
“Kita harus fokus pada produk unggulan yang secara kompetitif hanya dimiliki atau dikuasai Indonesia. Misalnya, karet yang hanya diproduksi oleh sedikit negara. Dengan begitu, posisi tawar kita akan lebih kuat,” imbuhnya.
Susiwijono menegaskan bahwa pemerintah bersikap serius dalam memperjuangkan hal ini, bahkan telah melakukan pertemuan daring malam hari bersama tim Kementerian Luar Negeri menyesuaikan waktu Washington.
Ia menyampaikan Indonesia sedang menjalin komunikasi intensif dengan United States Trade Representative (USTR) terkait tarif resiprokal atas produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
“Sudah, kita kirimkan list nya. Surat resmi Pak Airlangga ke USTR sama ke (Commerce Secretary Howard) Lutnick. Ada dua surat,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa saat ini pihaknya bersama Kementerian Luar Negeri sedang menyusun jadwal lanjutan untuk perundingan dan telah memulai diskusi awal secara daring dengan USTR.
“Beberapa hari ini, kemarin malam juga, kita daring. Daring dengan U.S.T.R. Kita dengan Kemlu dulu,” ujarnya.
Menurutnya, perundingan dilakukan secara daring karena USTR masih menyusun jadwal akibat banyaknya permintaan dari negara-negara lain. Meski demikian, komunikasi daring tetap berjalan dengan baik.
“Cuman, kalau sudah mau membahas substansinya, itu yang mereka akan, kan di sana timnya juga ada yang teknisnya yang nanganin ini. Nah, itu yang nanti kita perlu selesaikan jadwalnya. Baru nanti, di September, entah minggu pertama, kedua, kita akan mulai in-person fisik ke sana,” ucapnya.