Metapos.id, Jakarta – Sejak Selasa (25/11), layanan telekomunikasi terputus di empat daerah yang terdampak bencana banjir dan longsor di Sumatera Utara. Warga yang berada di lokasi pengungsian semakin sulit berkomunikasi dan meminta pertolongan.
Dalam sebuah rekaman terakhir yang diterima dari para pengungsi yang berlindung di kawasan Hutanabolon, terdengar seruan meminta bantuan kepada Bupati. Mereka mengatakan kawasan kiri dan kanan sudah tertutup longsor sehingga tidak ada jalan keluar sama sekali.
Rose Zebua, seorang perantau di Jakarta, terakhir berbicara dengan keluarganya di Hutanabolon sekitar pukul 11 siang pada Selasa lalu. Orang tua, dua saudara kandung, seorang keponakan bayi tiga bulan, serta kerabat lain mengabarkan bahwa mereka terpaksa keluar dari tempat pengungsian di Gereja BNKP karena sudah tidak bisa menyeberang. Satu-satunya pilihan adalah menyelamatkan diri dengan naik ke wilayah perbukitan.
Sementara itu, perusahaan tambang PT Agincourt Resources yang dikaitkan warga dengan kondisi lingkungan di sana, menyatakan telah ikut memberikan bantuan tanggap darurat. Mereka menurunkan tim penyelamat, perahu karet, dan menyuplai kebutuhan darurat melalui posko kesehatan dan bantuan di dua desa di Kecamatan Batang Toru.
Di sisi lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan bahwa penyebab utama bencana adalah cuaca ekstrem yang dipicu Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B. Kedua fenomena ini meningkatkan intensitas hujan dan angin kencang di wilayah Sumatera bagian utara dan diprediksi masih berpotensi memicu banjir dan longsor susulan.
Hingga pertengahan pekan, aliran listrik dan jaringan komunikasi masih terputus di Sibolga, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara. Selain terisolasi oleh kerusakan infrastruktur, upaya evakuasi lewat jalur laut juga terhambat gelombang tinggi dan cuaca buruk.














