Jakarta, Metapos.id – Holding BUMN Farmasi, PT Bio Farma (Persero) membukukan rugi bersih sebesar Rp1,16 triliun (unaudited) sepanjang 2024.
Namun, angka tersebut telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya senilai Rp2,04 triliun.
Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya menjelaskan perseroan masih mencatatkan kerugian di 2024. Meski begitu, dia bilang, posisinya membaik.
“Kerugian masih berlanjut pada 2024, meskipun posisinya membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, Kamis, 8 Mei.
Meski masih mencatatkan kerugian, Shadiq bilang kinerja perseroan mulai menunjukkan pemulihan pada awal tahun ini. Sampai dengan kuartal I-2025, Bio Farma secara grup telah membukukan laba bersih sebesar Rp380 miliar.
Dari sisi top line, sambung Shadiq, Bio Farma juga mencatatkan penjualan yang berfluktuasi. Dimana pada tahun 2020, perusahaan meraih penjualan sebesar Rp14,3 triliun. Kemudian, pada 2021 melonjak menjadi Rp43,46 triliun, dimana saat itu sedang terjadi pandemi COVID-19.
Setelah pandemi mereda, lanjut Shadiq, penjualan perseroan turun menjadi Rp15,23 triliun pada 2023 dan tahun lalu diperkirakan membukukan Rp15,71 triliun. Sampai dengan kuartal I-2025, penjualan bersih Bio Farma tembus Rp3,66 triliun.
Sementara dari sisi laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA), sambung Shadiq, mencapai Rp190 miliar sepanjang tahun lalu.
“Kemudian EBITDA tahun 2025 ini sudah menunjukkan positif yaitu Rp730 miliar,” katanya.
Di tengah kondisi keuangan tersebut, lanjut Shadiq, perseroan telah menyiapkan tiga tahapan strategis dalam jangka panjang.
Tahap pertama atau selama 2025 hingga 2026, perusahaan bakal fokus memperkuat fundamental.
Termasuk, penguatan tata kelola holding, restrukturisasi keuangan, penataan arsitektur portofolio bisnis, serta penguatan fasilitas produksi dan distribusi.
Tahap kedua pada 2027 hingga 2028, Shadiq bilang, Bio Farma akan membidik rencana ekspansi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Dimana akan lakukan pemfokusan ulang portofolio bisnis dan pengembangan produk baru guna meningkatkan pertumbuhan.
“Mulai 2029 dan seterusnya, kami menargetkan perusahaan holding yang menguntungkan dan berkelanjutan dengan menjaga net margin yang tinggi, efisiensi modal kerja, dan keberlanjutan portofolio bisnis,” tuturnya.